UGLY DIARY (NADIA)

Bagaimana ya, mengatakan dengan jelas. Kehidupanku itu nyaris biasa saja. Bagiku sudah biasa di hukum pak Topan. Hukumannya sih receh, seperti diusir dari kelas atau memberi hormat pada bendera. Biasa saja kan.

Kini setelah diusir oleh pak Topan yang adalah notabene guru paling mengerikan di sekolah plus guru paling pelit nilai. Aku ada di kantin. Menikmati sepiring salad sayur yang di beri nama pecel. Aku menambahkan tiga sendok cabe, biar rasanya mantap.

“Itu perut nggak berasap ya, Nad?” tanya temanku padaku.

Aku tersenyum padanya, “mau coba?” tantang ku. Ku angkat sendokku ke arahnya.

Takut. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. “Aku belum mau mati.”

Mendengar ia berkata aku tertawa. Yang aku kasih bukan racun cuma makanan ekstra pedas. Mana mungkin bisa mati hanya dengan begitu. Palingan ia mencret. “Lebai!” seruku padanya. Kemudian ku masukan sendok berisi makanan itu ke dalam mulutku.

Aku kembali menikmati berisi pecel. Tidakku pedulikan dia yang mulai mencerocos tidak tentu arah. Mana ada orang makan sambil ngomong, bisa tersedak nanti.

“Nad, kamu nggak dengerin aku dari tadi, ya?”

Aku mengeleng segera. Memang sejak tadi tidakku dengarkan perkataannya.

“Tuh, kan. Kamu mah gitu. Suka gituin aku,” rajuknya padaku.

“Sarry sayang, mana ada orang makan sambil ngomong. Yang ada itu keselek.” Aku mencubit pipinya yang rada-rada tembem. “Kamu kok ada di luar, Sar?” tanyaku heran.

Soalnya yang ada di dalam itu pak Topan. Bukan sembarang guru. Kok bisa, sarry ada di kantin juga barengan aku.

Ia memainkan matanya padaku. Ah, andai saja ini bukan di sekolah bakal ku cubit mata nakalnya itu yang bikin aku penasaran.

BERSAMBUNG

UGLY DIARY (NADIA)

Tatapan pak topan menusuknya bagai belati tak kasat mata. Hiks, sejak kapan guru killer itu ada di dalam kelas. Ia bahkan belum selesai menyalin PR milik sarry. Aku akan mati hari ini. Sungguh.

“Apa yang kau lakukan, Nadia?” tanyanya dengan keras. Membuat seluruh kepala menoleh ke arah kami. Aduh aku malunya. “Bukankah telah saya berikan waktu selama seminggu?” Lanjutnya bertanya dan ia berkacak pinggang di depanku.

“I-iya pak, tapi saya lupa,” jawabku pelan. Tidak ingin membangunkan macan tidur. Tapi macam itu memang sudah bangun dari tadi dan sekarang tengah mengendus darahku.

“Kau tak lupa acara gosip tiap hari, tapi bisa lupa dengan tugas yang telah ku berikan, apa tak penting betulkah pelajaran yang aku ajarkan padamu,” katanya geram padamu.

“Ma-maaf pak,” pintaku gagap. Aku takut menatap matanya sekarang. Bagaimana jika ia menerkam ku.

“Keluar kau, aku tak ingin lihat wajah kau dalam kelasku sebelum tugasmu selesai,” usirnya keras.

Aku melongo sebentar lalu pasrah. Ku tatap sary yang dengan tatapan kasihannya menatapku. Aku tak separah itu, kau tahu. Jika keluar aku bisa saja benar-benar bolos dan akan mengatakan pak Topan lah yang mengusirku keluar.

Aku benar-benar anak nakal.

UGLY DIARY (Nadia)

Ini hari pertamaku sungguh, dan setiap kali setiap tahunnya di hari pertamaku. Selalu hal ini yang terjadi. Sepertinya tuhan tidak membiarkanku sampai ke sekolah dengan keadaan kering dan hangat. Ia datang tepat di saat aku meninggalkan rumah setelah sepuluh menit dan sialnya aku lupa membawa payungku.

“Bukankah hari pertama yang menyebalkan?” keluhku pada gadis berambut ikal yang duduk di sebelahku.

“Kamu terlihat mengerikan, Nadia, apa yang terjadi padamu?” tanyanya padaku. Sahabatku itu terlihat khawatir.

“Biasa, Sar, kesialan di hari pertama. Dan lihat–.” Aku meremas ujung rokku di depannya. “Aku sangat basah kuyup,” kataku pasrah.

Ku lihat ia tertawa. Aku kedinginan sekarang. Hujan masih belum berhenti, aku basah kuyup lalu Sarry baru saja memberitahuku bahwa pelajaran pertama hari ini adalah matematika. Aku lupa mengerjakan PR. Apalagi yang bisa terjadi padaku hari ini. Tuhan bisakah kau beri aku keajaiban untuk semua ini.

🌸🌸🌸

Dingin,
berhembus di antara sepi

Tak berbentuk tapi terasa di indra
Mengapa memang,
berjalan tegak sendirian tanpa kawan

apakah aku harus menangisi hal yang tak pernah ada

atau kah aku tantang saja
Bukan Mau ku,
sendirian saja dan tak berkawan

tatap yang lainnya mengumbar senyum

namun jelas sebuah kebohongan jika kalian selalu bahagia
aku ini kuat,
tidak sepertimu Yang akan melemah

aku selalu tegak

karena telah tumbuh di tanah gersang

akarku kuat 

tak tercabut
aku siapa,

kau boleh menyangkaku kejam

tapi aku hanyalah salah satu keegoisan

yang mengakar dalam

merenggut inti dari bumi

Padang, 3 Agustus ’17

ArgaN02

Tangis

Bisa kau rasa apa yang tak biasa

Hanya airmata yang mengalir tanpa suara

Lebih sakit

Terasa mengigit

Bagai ingin mati 

Tapi,

Tak bisa

Cuma bisa kurangi kecewa

Namun tak bisa jadi obat 

Mungkin,

Memang tak ada obat

Untuk air mata tanpa suara